Obrolan kita pagi ini berkisar pada kebanyakan keluhan dari siswa-siswi sekolah yang mengalami broken home, yang menjadikan keadaan itu adal...
Home / Archives for Januari 2015
Senin, 26 Januari 2015
Obrolan
kita pagi ini berkisar pada kebanyakan keluhan dari siswa-siswi sekolah yang
mengalami broken home, yang menjadikan keadaan itu adalah akhir dari segalanya,
sehingga banyak yang berkembang tidak terarah dan menjadi manusia yang putus
asa.
Begitu berat beban hidup yang harus aku dan keluargaku pikul, namun kami tetap sabar dan terus berjuang menggapai tekad, dengan harapan suatu saat nanti bintang itu pasti kami raih, dengan kata lain “sukses”. Kata broken home itu tidak menjadi halangan untuk berprestasi, begitu masuk SD aku langsung rangking 1 dan begitu juga saudara-saudaraku selalu menorehkan prestasi yang gemilang, saat itulah terlontar pertanyaan ,”Dia anak siapa?”, pasti dia bangga…hhhh aku menghela nafas panjang, berangan seandainya ayah mendampingi anaknya yang berprestasi.
Masuk SMP aku mulai belajar bantu-bantu tetangga untuk beres-beres rumah, nyeterika, nyuci dan masak, habis itu kan dikasi uang dan lainnya. Uangnya aku pakai buat bayar SPP dan ongkos ke sekolah. Jatah dari ayah terlalu minim karena harus dipakai untuk semua keperluan keluarga.
Allohu Akbar…Allah maha besar ,Allah maha mengetahui,rizki-Nya tidak pernah putus jika kita selalu mengingatnya, selalu berdoa kepadaNya.
Dengan petunjukNya jualah akhirnya kakakku mendapat proyek membuat laporan dengan mesin ketik yang suaranya tok…takk, sampai lembur. waktu itu Rp. 25.000 pun didapat, pas dengan uang yang aku butuhkan untuk menyewa kost. Allah swt telah mengirimkan rizkiNya untuk aku.Hal ini tidak seharusnya dialami oleh putra putri PNS, sangat miris. Namun aku tidak pernah menyalahkan keadaan, ini hanyalah sebagian dari titahNya yang harus kita jalani dengan sabar dan ikhlas.
Tamat SMA aku bingung, kalau kuliah, darimana biayanya? Tak terpikirkan. “meganggur”..hhhh.
Sekarang aku bisa beli apa saja yang aku inginkan tanpa harus meneteskan airmata.
Berangkat
dari suatu keterbatasan, aku tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang tidak
utuh, lebih tepatnya korban broken home. Ayah
meninggalkan kami dan hidup bersama wanita pilihannya, Ayah seorang PNS, tapi aku tidak pernah merasakan bagaimana rasanya awal bulan dimana sebagian orang selalu menantinya yang dikenal dengan bulan muda, yang saat itu apa saja keinginan bisa diwujudkan. Tidak begitu untuk aku,harus menghela nafas panjang ketika suatu keinginan terbersit dalam benak. Hanya tetesan mutiara yang selalu jatuh dari pipi..Jatah dari ayah 10 kg beras, tentunya sangat minim untuk kebutuhan ibu, aku dan saudaraku yang masih dalam masa pertumbuhan.
meninggalkan kami dan hidup bersama wanita pilihannya, Ayah seorang PNS, tapi aku tidak pernah merasakan bagaimana rasanya awal bulan dimana sebagian orang selalu menantinya yang dikenal dengan bulan muda, yang saat itu apa saja keinginan bisa diwujudkan. Tidak begitu untuk aku,harus menghela nafas panjang ketika suatu keinginan terbersit dalam benak. Hanya tetesan mutiara yang selalu jatuh dari pipi..Jatah dari ayah 10 kg beras, tentunya sangat minim untuk kebutuhan ibu, aku dan saudaraku yang masih dalam masa pertumbuhan.
Hari
demi hari pun berganti tahun demi tahun, usiapun bertambah, aku dan ketiga
saudaraku terus berjuang menghadapi hidup tanpa penghasilan dari orang
tua,berjuang untuk sesuap nasi, berjuang untuk bisa duduk dibangku sekolah, untuk bisa membayar uang spp
setiap bulannya.”ayah pasti sudah lupa sama kita” terkadang kata-kata itu harus
terlontar,namun ada keluarga dan tentunya ibu yang begitu kuat memberi kami
semangat dan ia mempunyai doa yang begitu ijabah, sehingga setiap doa-doanya
selalu dikabulkan, ibu kami ibu sama ibu.
Begitu berat beban hidup yang harus aku dan keluargaku pikul, namun kami tetap sabar dan terus berjuang menggapai tekad, dengan harapan suatu saat nanti bintang itu pasti kami raih, dengan kata lain “sukses”. Kata broken home itu tidak menjadi halangan untuk berprestasi, begitu masuk SD aku langsung rangking 1 dan begitu juga saudara-saudaraku selalu menorehkan prestasi yang gemilang, saat itulah terlontar pertanyaan ,”Dia anak siapa?”, pasti dia bangga…hhhh aku menghela nafas panjang, berangan seandainya ayah mendampingi anaknya yang berprestasi.
Namun
itu tidak menyurutkan perjuanganku dan keluargaku untuk terus hidup dan
berprestasi, tanpa aku duga Alhamdulillah aku bisa menyelesaikan SD yang
seharusnya orang lain tempuh selama 6 tahun, namun aku selesiakan dalam jangka
5 tahun saja, waktu itu baru naik kelas 2 langsung kelas 3, katanya kepala
sekolah aku “pinter”,,hehe..aku jadi besar kepala, tapi tidak sombong lho…
Masuk SMP aku mulai belajar bantu-bantu tetangga untuk beres-beres rumah, nyeterika, nyuci dan masak, habis itu kan dikasi uang dan lainnya. Uangnya aku pakai buat bayar SPP dan ongkos ke sekolah. Jatah dari ayah terlalu minim karena harus dipakai untuk semua keperluan keluarga.
Di
sekolah aku punya banyak teman dan mereka sering kerumah belajar bersama. Tanpa
terasa tahun terakhir sudah tiba, Ujian Nasionalpun tinggal sebentar lagi.
Waktu itu aku tidak berpikir dimana akan mendapat biaya untuk melanjutkan ke
SMA, hanya saja keinginan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi tidak
pernah surut. Tidak lupa doa ibu selalu meyertai setiap langkahku.
Allohu Akbar…Allah maha besar ,Allah maha mengetahui,rizki-Nya tidak pernah putus jika kita selalu mengingatnya, selalu berdoa kepadaNya.
Dengan petunjukNya jualah akhirnya kakakku mendapat proyek membuat laporan dengan mesin ketik yang suaranya tok…takk, sampai lembur. waktu itu Rp. 25.000 pun didapat, pas dengan uang yang aku butuhkan untuk menyewa kost. Allah swt telah mengirimkan rizkiNya untuk aku.Hal ini tidak seharusnya dialami oleh putra putri PNS, sangat miris. Namun aku tidak pernah menyalahkan keadaan, ini hanyalah sebagian dari titahNya yang harus kita jalani dengan sabar dan ikhlas.
Tiga
tahun aku tempuh pendidikan di SMA, prestasi yang ku raih tidak mengecewakan, awal masuk langsung dapat
sepuluh besar pertama, begitu seterusnya.rizki Allah pun mengalir bersama
doa-doa ibu yang selalu menguatkan setiap langkahku. Walau tak satu waktu pun
ayah berkenan mengunjungi aku, bahkan sampai tamatpun ayah tidak pernah tahu
gang mana yang harus dimasuki untuk mencari alamat kostku. Aku harus menerima
penghargaan raport dan NEM tertinggi
sendirian tanpa didampingi orang tua.itu
bukan alas an untuk kita berhenti berprestasi. Tapi ibu selalu mengingatkan
untuk tetap berbakti kepada ayah.karena tanpa ayah aku tidak akan terlahir ke
dunia ini.
Tamat SMA aku bingung, kalau kuliah, darimana biayanya? Tak terpikirkan. “meganggur”..hhhh.
Rizki
Allah swt datang lagi, aku mendapat panggilan untuk mengabdi di suatu Madrasah,
yang waktu itu honornya Rp. 4.000 saja per bulannya,jelas tidak cukup untuk
transportasi ke sekolah tiap hari, namun itu tak menyurutkan pengabdian ku
untuk mendidik anak bangsa. Aktivitas mengajar aku jalani dengan sabar ikhlas
walau dengan keterbatasan.
Setahun
kemudian,berkat doa ibu dan keluarga, tanpa diduga rizki Allah swt datang,
proyek D3 penyetaraan untuk guru-guru
madrasah datang dan aku salah satu yang dapat,dan itu pendidikan gratis.. lagi-lagi hanya Alhamdulillah yang
sedalam-dalamnya, dan hanya kepada Allah SWT pujian itu terkirim.
Tiga
tahun menyelesaikan pendidikan D3 dan langsung melanjutkan S1, sambil tetap
mengabdi di Madrasah., dan waktu itu ayah
mendampingi wisudaku.
Tanpa
terasa sekarang sudah 16 tahun mengabdi, dan apa yang aku dapatkan
sekarang, kesuksesan, dengan lulus sertifikasi dan juga inpassing..
Sekarang aku bisa beli apa saja yang aku inginkan tanpa harus meneteskan airmata.
Sekarang
aku tidak perlu meneteskan airmata untuk membeli obat batuk buat kakak…
Sekarang
aku bisa bercerita bangga kepada murid-muridku, bahwa broken home bukan akhir
dari segalanya.
Alhamdulillah………………
Terimakasih
untuk semua keluarga yang sudah mendukung setiap langkahku sehingga bisa
seperti sekarang ini.
Dari
goresan tersebut banyak makna yang dapat kita ambil. Dan makna itu
mudah-mudahan menjadi semangat untuk generasi-generasi bangsa bahwa :
- Rizki Allah,swt tetap mengalir,asalkan kita tidak lupa bersyukur kepadaNya. Allah swt maha kaya, Maha Besar dan maha segala maha.
- Doa ibu sangat ijabah, hiduplah dengan disertai doa ibu.
- Hidup dengan keterbatasan ekonomi bukan halangan untuk berprestasi.
- Hidup dengan keluarga yang tidak utuh bukan halangan untuk berjuang dan berprestasi.
- Broken home bukan alasan untuk menjadi manusia baik dan berprestasi.
- Bahwa kita harus berbakti pada orang tua bagaimanapun keadaannya.
Kamis, 15 Januari 2015
Ketika saya jalan-jalan ke dunia maya menelusuri media sosial, sambil mencari peluang-peluang pengembangan bisnis serabi, saya menemukan status yang rupanya layak untuk menjadi bahan renungan kita bersama. Siapa tahu bisa memberikan inspirasi bagi kita untuk tidak mengabaikan hal-hal kecil sebab bisa jadi tanpa kita sadari mungkin saja hal kecil yang kita lakukan itu bisa berdampak besar bagi kemajuan kita.
Seorang pelatih bola bertanya, “Jika sebuah bola jatuh ke dalam rerumputan, bagaimana cara mencarinya?" Ada yang menjawab cari dari bagian tengah, cari di rerumputan yang cekung ke dalam, cari di rumput yang paling tinggi, dll.Pelatih itu berkata, “Setapak demi setapak, cari dari ujung rumput terdekat hingga terjauh." Ternyata jalan menuju keberhasilan tidaklah sukar, cukup melakukan segala sesuatunya setahap demi setahap secara BERURUTAN.
Seorang buruh pabrik diantara ratusan buruh lainnya yang selalu memakai seragam setelah bertahun-tahun Bekerja dengan rajin belum juga mendapat promosi dari atasannya. Akhirnya dia mengeluhkan keadaannya dan meminta nasihat kepada seorang bijak. Orang bijak itu kemudian memberikannya nasihat singkat : "PAKAILAH TOPI".
Buruh tersebut kemudian memakai topi ketika sedang bekerja. Pengawas memperhatikan kinerja buruh bertopi tersebut yang ternyata lebih baik dari rekannya yang lain. Beberapa waktu kemudian si buruh tersebut dipromosikan menjadi mandor, mengawasi buruh-buruh yang lainnya.
Dari kisah-kisah di atas kita dapat memetik pelajaran agar kita tidak menyepelekan untuk mengerjakan hal-hal kecil yang baik. Siapa tahu hal-hal kecil itu ternyata bisa berdampak besar bagi kemajuan kita.
Unknown
08.03
CB Blogger
Indonesia
Kita mulai dari kisah seorang pelamar kerja memungut sampah kertas dari lantai dan membuangnya ke tong sampah, hal itu terlihat oleh pengawas interview. Ia mendapatkan pekerjaan tersebut. Ternyata untuk memperoleh penghargaan sangat mudah, cukup PELIHARA KEBIASAAN BAIK.
Seorang anak menjadi murid di toko sepeda. Seseorang mengantarkan sepedanya untuk diperbaiki. Selain memperbaikinya, si anak juga membersihkan sepeda itu hingga bersih mengkilap. Murid-murid lain menertawakannya. Saat sang pemilik mengambil sepedanya, si anak ditawari kerja di tempatnya.Ternyata untuk berhasil sangat mudah, cukup punya INISIATIF LEBIH.
Seorang anak berkata, “Ibu hari ini sangat cantik." Ibu bertanya, “Mengapa? Anak menjawab, “Karena hari ini ibu sama sekali tidak marah". Ternyata utk memiliki kecantikan sangatlah mudah, hanya perlu TIDAK MARAH.
Ada rombongan yang berjalan di padang pasir. Semua berjalan dengan berat, sangat menderita. Hanya satu orang yang berjalan dengan gembira. Ada yg bertanya: “Mengapa engkau begitu santai?” Dia menjawab sambil tertawa: “Karena barang bawaan saya sedikit.” Ternyata mudah untuk memperoleh kegembiraan, cukup TIDAK SERAKAH & membawa BEBAN SECUKUPNYA.
Buruh tersebut kemudian memakai topi ketika sedang bekerja. Pengawas memperhatikan kinerja buruh bertopi tersebut yang ternyata lebih baik dari rekannya yang lain. Beberapa waktu kemudian si buruh tersebut dipromosikan menjadi mandor, mengawasi buruh-buruh yang lainnya.
Dari kisah-kisah di atas kita dapat memetik pelajaran agar kita tidak menyepelekan untuk mengerjakan hal-hal kecil yang baik. Siapa tahu hal-hal kecil itu ternyata bisa berdampak besar bagi kemajuan kita.
HAL-HAL KECIL YANG BERNILAI BESAR
Ketika saya jalan-jalan ke dunia maya menelusuri media sosial, sambil mencari peluang-peluang pengembangan bisnis serabi, saya menemukan sta...
Rabu, 07 Januari 2015
Para sahabat .. mungkin sering mengalami rasa kesal saat mengantri ternyata ada orang yang 'nyerobot' (mendahului-red) antrian. Kejadian seperti ini merupakan suatu peristiwa yang biasa terjadi di negeri kita. Terutama pada fasilitas-fasilitas umum seperti toilet umum, ATM dan sebagainya.
Kejadian ini saya alami juga beberapa hari yang lalu ketika di ATM. Merasa yakin bahwa masyarakat kita yang sudah mulai terpelajar, tentunya paham dan sadar akan budaya antri, saya santai saja mengantri. Tetapi ternyata saya salah, beberapa orang yang baru datang, dengan seenaknya saja menyerobot mendahului antrian. Rasa kesal, gondok bercampur jadi satu.
Di beberapa lembaga resmi seperti bank, kasir swalayan, dokter dan sebagainya memang budaya antri sudah mulai teratur, bahkan sampai memakai nomor antrian. Tetapi utamanya di fasilitas-fasilitas umum yang tidak ada penjaganya, budaya antri ini hampir jarang ditemukan. Padahal budaya antri ini juga mencerminkan tingkat martabat suatu bangsa.
Berbeda dengan bangsa-bangsa besar lainnya di luar negeri yang sangat memperhatikan budaya antri ini. Misalnya pernah saya membaca sebuah artikel yang menceritakan bahwa seorang guru di Australia pernah berkata: “Kami tidak terlalu
khawatir jika anak-anak Sekolah Dasar kami tidak pandai Matematika” kami
jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri.”
Kenapa bisa demikian, karena kita hanya perlu melatih anak selama 3 bulan saja secara intensif untuk bisa Matematika, sementara kita perlu melatih anak hingga 12 Tahun atau lebih untuk bisa mengantri dan selalu ingat pelajaran berharga di balik proses mengantri.
Tidak semua anak
kelak akan berprofesi menggunakan ilmu matematika kecuali tambah, kali, kurang dan bagi. Sebagian mereka anak menjadi Penari, Atlet Olimpiade,
Penyanyi, Musisi, Pelukis dan sebagainya. Biasanya hanya sebagian
kecil saja dari murid-murid dalam satu kelas yang kelak akan memilih
profesi di bidang yang berhubungan dengan Matematika. Sementara semua murid dalam satu kelas ini pasti akan membutuhkan Etika Moral dan
Pelajaran Berharga dari mengantri di sepanjang hidup mereka kelak.
Lebih jauh dijelaskan juga bahwa banyak sekali pelajaran berharga dari budaya mengantri tersebut, misalnya :
- Anak belajar manajemen waktu jika ingin mengantri paling depan datang lebih awal dan persiapan lebih awal.
- Anak belajar bersabar menunggu gilirannya tiba terutama jika ia di antrian paling belakang.
- Anak belajar menghormati hak orang lain, yang datang lebih awal dapat giliran lebih awal dan tidak saling menyerobot merasa diri penting..
- Anak belajar berdisiplin dan tidak menyerobot hak orang lain.
- Anak belajar kreatif untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan saat mengantri. (di Jepang biasanya orang akan membaca buku saat mengantri)
- Anak bisa belajar bersosialisasi menyapa dan mengobrol dengan orang lain di antrian.
- Anak belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya.
- Anak belajar hukum sebab akibat, bahwa jika datang terlambat harus menerima konsekuensinya di antrian belakang.
- Anak belajar disiplin, teratur dan kerapihan.
- Anak belajar memiliki "Rasa Malu", jika ia menyerobot antrian dan hak orang lain.
- Anak belajar bekerjasama dengan orang-orang yang ada di dekatnya jika sementara mengantri ia harus keluar antrian sebentar untuk ke kamar kecil.
- Anak belajar jujur pada diri sendiri dan pada orang lain.
Pada artikel yang lain juga diceritakan bahwa di negara Jepang budaya antri sudah dididik dari sejak anak-anak di tingkat
pertama dia masuk dan bersosialisasi dengan orang lain. Biasanya ada daycare, anak sudah dibudayakan antri. sehingga apapun yang
dilakukan selalu melihat di depannya bahkan pada antrian yang mungkin lama
sampai bermeter-meter jauhnya. Tua-muda tak ada ampun.
Khusus untuk nenek yang sudah cukup berumur yang agak susah nahan pipis disediakan toilet khusus dissable aliaas area dengan gambar orang pakai
tongkat penyangga, ibu hamil, ataupun membawa anak-anak. Sehingga mereka
punya ruang khusus yang orang sehat tidak akan masuk pada toilet yang
ada gambar itu, dan ini tentu saja dipatuhi oleh penduduk Jepang.
Bagaimana dengan kita... ? sebagai bangsa yang besar dan beradab sudah seharusnya budaya antri kita tanamkan dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Atau orang lain akan menganggap kita sebagai bangsa yang tidak beradab dan bermartabat.
Terima kasih sudah membaca artikel tentang Antri dong... jangan suka nyerobot.. dari Dagang Serabi. Jangan lupa diberi komentar ya..
Terima kasih sudah membaca artikel tentang Antri dong... jangan suka nyerobot.. dari Dagang Serabi. Jangan lupa diberi komentar ya..
Antri dong... jangan suka nyerobot..
Para sahabat .. mungkin sering mengalami rasa kesal saat mengantri ternyata ada orang yang 'nyerobot' (mendahului-red) antrian....
Minggu, 04 Januari 2015
Selamat pagi para sahabat dan pelanggan dagang serabi, bagaimana kabarnya.. ? Yuk sambil menunggu serabinya matang, kita simak kisah berikut. Siapa tahu bisa menjadi inspirasi buat kita untuk hidup lebih baik dan lebih indah.
Pernahkah anda mendengar orang bijak mengatakan bahwa "di dunia
ini tidak ada yang tetap, yang tetap hanyalah perubahan ?"
Ungkapan ini
menjelaskan kepada kita bahwa perubahanlah yang selalu terjadi di dunia
ini, jadi jangan pernah berharap sesuatu itu akan abadi.Perubahan
seakan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sisi kehidupan kita.
Oleh karena itu kita harus mampu menyikapi perubahan itu dengan bijak, agar hidup kita bisa lebih baik dan indah.
Berkaitan dengan perubahan, suatu saat bosku mendapat informasi bahwa dia akan dipindahtugaskan ke tempat lain. Sebagai salah seorang yang sering membantu beliau dalam menangani berbagai pekerjaan kantor dia memanggil dan meminta saya untuk membantunya menyelesaiakan beberapa program kerja yang belum sempat terjamah.
Saya sempat heran juga sih, kenapa bos saya ini mau menyelesaikan penyusunan program kerja itu padahal sebentar lagi dia akan pindah. Kenapa mesti repot-repot menyelesaikannya, bukankah nantinya bisa diselesaiakan oleh bos yang baru ? Atau bahkan mungkin belum tentu bos baru memakai konsep-konsep program kerja yang sudah dibuat itu.
Seakan bisa membaca pikiran dan keheranan saya, si bos tiba-tiba berkata :
"Ada dua hal yang perlu diperhatikan apabila kita mengalami perubahan seperti ini. Pertama, berusahalah untuk tidak meninggalkan beban atau pekerjaan yang tertunda sebelum meninggalkan kantor lama, meskipun nantinya apa yang kamu lakukan itu belum tentu dipakai oleh penggantimu. Masing-masing orang mempunyai watak, pemikiran, visi dan misi yang tidak sama. Jangan pernah merasa sakit hati apabila nantinya apa yang pernah kamu rencanakan dan kerjakan tidak dilanjutkan bahkan dirombak total oleh penggantimu. Itu adalah haknya. Yang penting berusaha dan bekerjalah sebaik-baiknya. Kemudian yang kedua, jika kamu tiba di tempat yang baru dan menggantikan posisi orang sebelumnya maka jangan pernah sekali-kali mengeluarkan kata-kata bahwa pimpinan sebelumnya tidak pernah melakukan apa-apa. Meskipun ketika kamu datang, kamu menemukan di tempat tersebut banyak sekali hal-hal yang sepertinya belum dikerjakan. Lebih baik diam apabila menemukan banyak hal yang harus dibenahi, sebab mungkin saja dia (bos lama-red) sudah setengah mati berusaha berbuat dan bekerja. Adapun jika hasilnya belum maksimal, mungkin kemampuannya terbatas sampai di sana. Lebih bijak jika melakukan langkah-langkah nyata untuk membenahi kekurangan-kekurangan tersebut."
Bagaimana dengan anda ? apakah anda termasuk orang yang selalu memberikan kritikan pedas terhadap orang atau rezim sebelumnya yang anda gantikan posisinya ? bahwa mereka tidak becus bekerja sehingga hanya meninggalkan beban dan PR buat anda ?
Karena serabinya sudah matang, yuk... silahkan dinikmati.
Jangan Pernah Mengatakan Bos Sebelumnya Tidak Becus Bekerja....
Selamat pagi para sahabat dan pelanggan dagang serabi, bagaimana kabarnya.. ? Yuk sambil menunggu serabinya matang, kita simak kisah berik...
Jumat, 02 Januari 2015
Selamat pagi para pengunjung, semoga pagi anda di tahun baru ini menjadi langkah awal yang lebih baik untuk menapaki hari-hari berikutnya.
Sambil dagang serabi kami mencoba mengajak kita semua untuk berbicara, berdiskusi, bercerita dan merenung banyak hal yang sering kita temukan sehari-hari. Mungkin saja cerita, omongan dan renungan yang tercecer di pinggir jalan yang sering luput dari perhatian kita justru mengandung hikmah yang sangat besar untuk kita jadikan pelajaran dan pedoman hidup.
Untuk kali pertama, saya mencoba menceritakan sebuah kisah yang terjadi di masa kecilku. Semoga ada manfaatnya.
Kala itu padi di sawah sudah mulai mengeluarkan bulir-bulir emasnya. Biasanya kalau sudah seperti itu hama padi seperti burung dan berbagai jenis belalang pada ramai berdatangan.
Para petani kalau sudah tiba musim ini, semakin rajin ke sawah, mengusir burung maupun menangkap belalang dengan jaring khususnya. Di daerah kami kegiatan itu biasa disebut dengan istilah "miro". Belalang hasil tangkapan dengan jaring khusus ini enak sekali kali dibuat sambal goreng, apalagi kalau walang sangit.
Suatu hari di hari minggu ayah mengajak kami (saya dan tiga orang adik-adikku) kesawah untuk "miro". Saya termasuk anak yang jarang pergi ke sawah. Entah mengapa saya sendiri tidak tahu, saya lebih suka di rumah dengan permainan-permainan yang lain ketimbang pergi ke sawah. Berbeda dengan adik-adik saya lainnya, mereka sering ikut bersama ayah ke sawah.
Tentu saja acara pergi ke sawah hari itu menjadi sesuatu yang berbeda bagi saya. Pergi ke sawah untuk berburu belalang. Wah.. kedengarannya pasti asyik dan menyenangkan.
Ternyata benar, sesampai di sawah kami disambut oleh ratusan belalang yang berterbangan karena kaget dengan kehadiran kami.
Perburuan dimulai.
Dengan penuh semangat dan gembira saya berusaha mengejar dan menangkap belalang yang berterbangan di sekeliling saya. Belum tertangkap yang satu, puluhan lain terbang di sekitar saya, saya kejar lagi yang lainnya itu, datang lagi yang lainnya. Sayapun tergoda untuk menangkapnya.
Setelah cukup lama berselang, tak satupun belalang berhasil saya tangkap. Sementara itu adik-adik saya sudah banyak hasilnya. Adik saya yang nomor dua tersenyum melihat kelakuan saya sampai akhirnya dia berkata sambil tersenyum.
"Kak.. kalau mau menangkap belalang itu, bukan begitu caranya. Meskipun banyak belalang yang terbang di sekitar kakak, kejarlah satu dulu sampai tertangkap baru kemudian mengejar dan menangkap belalang yang lainnya. Jangan sampai tergoda untuk mengejar belalang lainnya sementara yang satu belum tertangkap."
"Ooo.. begitu ya.." saya langsung termenung.
-----------------------------
Sampai saat ini, saya masih mengingat dan memegang teguh, teknik menangkap belalang yang diajarkan oleh adik saya yang jauh lebih muda dari saya itu. Bukan karena teknik menangkap belalangnya, akan tetapi Pesan itu ternyata mengandung filosofi mendalam yang bisa diterapkan pada kehidupan kita sehari-hari.
Pesan itu mengajarkan kita untuk selalu fokus dalam mengerjakan sesuatu atau mengatasi suatu masalah. Jika satu pekerjaan sudah kita rampungkan atau satu masalah terselesaikan barulah kita pindah ke pekerjaan atau masalah yang lainnya.
Hidup ini sering penuh diwarnai dengan banyak pilihan, banyak masalah yang kadang sering datangnya pada waktu yang bersamaan. Hadapi satu persatu, selesaikan satu persatu, one by one, step by step. Kiranya itu yang paling tepat untuk kita lakukan.
Bagaimana menurut anda... ?
Terima kasih telah membaca artikel "Begini Lo Cara Menangkap Belalang Yang Benar" dari Dagang Serabi. Jangan lupa beri komentar ya...
Begini Lo Cara Menangkap Belalang Yang Benar
Selamat pagi para pengunjung, semoga pagi anda di tahun baru ini menjadi langkah awal yang lebih baik untuk menapaki hari-hari berikutn...
Langganan:
Postingan (Atom)