Obrolan
kita pagi ini berkisar pada kebanyakan keluhan dari siswa-siswi sekolah yang
mengalami broken home, yang menjadikan keadaan itu adalah akhir dari segalanya,
sehingga banyak yang berkembang tidak terarah dan menjadi manusia yang putus
asa.
Berangkat
dari suatu keterbatasan, aku tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang tidak
utuh, lebih tepatnya korban broken home. Ayah
meninggalkan kami dan hidup bersama wanita pilihannya, Ayah seorang PNS, tapi aku tidak pernah merasakan bagaimana rasanya awal bulan dimana sebagian orang selalu menantinya yang dikenal dengan bulan muda, yang saat itu apa saja keinginan bisa diwujudkan. Tidak begitu untuk aku,harus menghela nafas panjang ketika suatu keinginan terbersit dalam benak. Hanya tetesan mutiara yang selalu jatuh dari pipi..Jatah dari ayah 10 kg beras, tentunya sangat minim untuk kebutuhan ibu, aku dan saudaraku yang masih dalam masa pertumbuhan.
meninggalkan kami dan hidup bersama wanita pilihannya, Ayah seorang PNS, tapi aku tidak pernah merasakan bagaimana rasanya awal bulan dimana sebagian orang selalu menantinya yang dikenal dengan bulan muda, yang saat itu apa saja keinginan bisa diwujudkan. Tidak begitu untuk aku,harus menghela nafas panjang ketika suatu keinginan terbersit dalam benak. Hanya tetesan mutiara yang selalu jatuh dari pipi..Jatah dari ayah 10 kg beras, tentunya sangat minim untuk kebutuhan ibu, aku dan saudaraku yang masih dalam masa pertumbuhan.
Hari
demi hari pun berganti tahun demi tahun, usiapun bertambah, aku dan ketiga
saudaraku terus berjuang menghadapi hidup tanpa penghasilan dari orang
tua,berjuang untuk sesuap nasi, berjuang untuk bisa duduk dibangku sekolah, untuk bisa membayar uang spp
setiap bulannya.”ayah pasti sudah lupa sama kita” terkadang kata-kata itu harus
terlontar,namun ada keluarga dan tentunya ibu yang begitu kuat memberi kami
semangat dan ia mempunyai doa yang begitu ijabah, sehingga setiap doa-doanya
selalu dikabulkan, ibu kami ibu sama ibu.
Begitu berat beban hidup yang harus aku dan keluargaku pikul, namun kami tetap sabar dan terus berjuang menggapai tekad, dengan harapan suatu saat nanti bintang itu pasti kami raih, dengan kata lain “sukses”. Kata broken home itu tidak menjadi halangan untuk berprestasi, begitu masuk SD aku langsung rangking 1 dan begitu juga saudara-saudaraku selalu menorehkan prestasi yang gemilang, saat itulah terlontar pertanyaan ,”Dia anak siapa?”, pasti dia bangga…hhhh aku menghela nafas panjang, berangan seandainya ayah mendampingi anaknya yang berprestasi.
Namun
itu tidak menyurutkan perjuanganku dan keluargaku untuk terus hidup dan
berprestasi, tanpa aku duga Alhamdulillah aku bisa menyelesaikan SD yang
seharusnya orang lain tempuh selama 6 tahun, namun aku selesiakan dalam jangka
5 tahun saja, waktu itu baru naik kelas 2 langsung kelas 3, katanya kepala
sekolah aku “pinter”,,hehe..aku jadi besar kepala, tapi tidak sombong lho…
Masuk SMP aku mulai belajar bantu-bantu tetangga untuk beres-beres rumah, nyeterika, nyuci dan masak, habis itu kan dikasi uang dan lainnya. Uangnya aku pakai buat bayar SPP dan ongkos ke sekolah. Jatah dari ayah terlalu minim karena harus dipakai untuk semua keperluan keluarga.
Di
sekolah aku punya banyak teman dan mereka sering kerumah belajar bersama. Tanpa
terasa tahun terakhir sudah tiba, Ujian Nasionalpun tinggal sebentar lagi.
Waktu itu aku tidak berpikir dimana akan mendapat biaya untuk melanjutkan ke
SMA, hanya saja keinginan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi tidak
pernah surut. Tidak lupa doa ibu selalu meyertai setiap langkahku.
Allohu Akbar…Allah maha besar ,Allah maha mengetahui,rizki-Nya tidak pernah putus jika kita selalu mengingatnya, selalu berdoa kepadaNya.
Dengan petunjukNya jualah akhirnya kakakku mendapat proyek membuat laporan dengan mesin ketik yang suaranya tok…takk, sampai lembur. waktu itu Rp. 25.000 pun didapat, pas dengan uang yang aku butuhkan untuk menyewa kost. Allah swt telah mengirimkan rizkiNya untuk aku.Hal ini tidak seharusnya dialami oleh putra putri PNS, sangat miris. Namun aku tidak pernah menyalahkan keadaan, ini hanyalah sebagian dari titahNya yang harus kita jalani dengan sabar dan ikhlas.
Tiga
tahun aku tempuh pendidikan di SMA, prestasi yang ku raih tidak mengecewakan, awal masuk langsung dapat
sepuluh besar pertama, begitu seterusnya.rizki Allah pun mengalir bersama
doa-doa ibu yang selalu menguatkan setiap langkahku. Walau tak satu waktu pun
ayah berkenan mengunjungi aku, bahkan sampai tamatpun ayah tidak pernah tahu
gang mana yang harus dimasuki untuk mencari alamat kostku. Aku harus menerima
penghargaan raport dan NEM tertinggi
sendirian tanpa didampingi orang tua.itu
bukan alas an untuk kita berhenti berprestasi. Tapi ibu selalu mengingatkan
untuk tetap berbakti kepada ayah.karena tanpa ayah aku tidak akan terlahir ke
dunia ini.
Tamat SMA aku bingung, kalau kuliah, darimana biayanya? Tak terpikirkan. “meganggur”..hhhh.
Rizki
Allah swt datang lagi, aku mendapat panggilan untuk mengabdi di suatu Madrasah,
yang waktu itu honornya Rp. 4.000 saja per bulannya,jelas tidak cukup untuk
transportasi ke sekolah tiap hari, namun itu tak menyurutkan pengabdian ku
untuk mendidik anak bangsa. Aktivitas mengajar aku jalani dengan sabar ikhlas
walau dengan keterbatasan.
Setahun
kemudian,berkat doa ibu dan keluarga, tanpa diduga rizki Allah swt datang,
proyek D3 penyetaraan untuk guru-guru
madrasah datang dan aku salah satu yang dapat,dan itu pendidikan gratis.. lagi-lagi hanya Alhamdulillah yang
sedalam-dalamnya, dan hanya kepada Allah SWT pujian itu terkirim.
Tiga
tahun menyelesaikan pendidikan D3 dan langsung melanjutkan S1, sambil tetap
mengabdi di Madrasah., dan waktu itu ayah
mendampingi wisudaku.
Tanpa
terasa sekarang sudah 16 tahun mengabdi, dan apa yang aku dapatkan
sekarang, kesuksesan, dengan lulus sertifikasi dan juga inpassing..
Sekarang aku bisa beli apa saja yang aku inginkan tanpa harus meneteskan airmata.
Sekarang
aku tidak perlu meneteskan airmata untuk membeli obat batuk buat kakak…
Sekarang
aku bisa bercerita bangga kepada murid-muridku, bahwa broken home bukan akhir
dari segalanya.
Alhamdulillah………………
Terimakasih
untuk semua keluarga yang sudah mendukung setiap langkahku sehingga bisa
seperti sekarang ini.
Dari
goresan tersebut banyak makna yang dapat kita ambil. Dan makna itu
mudah-mudahan menjadi semangat untuk generasi-generasi bangsa bahwa :
- Rizki Allah,swt tetap mengalir,asalkan kita tidak lupa bersyukur kepadaNya. Allah swt maha kaya, Maha Besar dan maha segala maha.
- Doa ibu sangat ijabah, hiduplah dengan disertai doa ibu.
- Hidup dengan keterbatasan ekonomi bukan halangan untuk berprestasi.
- Hidup dengan keluarga yang tidak utuh bukan halangan untuk berjuang dan berprestasi.
- Broken home bukan alasan untuk menjadi manusia baik dan berprestasi.
- Bahwa kita harus berbakti pada orang tua bagaimanapun keadaannya.
Komentar anda sangat berarti bagi kami.