Selamat pagi para pengunjung, semoga pagi anda di tahun baru ini menjadi langkah awal yang lebih baik untuk menapaki hari-hari berikutnya.
Sambil dagang serabi kami mencoba mengajak kita semua untuk berbicara, berdiskusi, bercerita dan merenung banyak hal yang sering kita temukan sehari-hari. Mungkin saja cerita, omongan dan renungan yang tercecer di pinggir jalan yang sering luput dari perhatian kita justru mengandung hikmah yang sangat besar untuk kita jadikan pelajaran dan pedoman hidup.
Untuk kali pertama, saya mencoba menceritakan sebuah kisah yang terjadi di masa kecilku. Semoga ada manfaatnya.
Kala itu padi di sawah sudah mulai mengeluarkan bulir-bulir emasnya. Biasanya kalau sudah seperti itu hama padi seperti burung dan berbagai jenis belalang pada ramai berdatangan.
Para petani kalau sudah tiba musim ini, semakin rajin ke sawah, mengusir burung maupun menangkap belalang dengan jaring khususnya. Di daerah kami kegiatan itu biasa disebut dengan istilah "miro". Belalang hasil tangkapan dengan jaring khusus ini enak sekali kali dibuat sambal goreng, apalagi kalau walang sangit.
Suatu hari di hari minggu ayah mengajak kami (saya dan tiga orang adik-adikku) kesawah untuk "miro". Saya termasuk anak yang jarang pergi ke sawah. Entah mengapa saya sendiri tidak tahu, saya lebih suka di rumah dengan permainan-permainan yang lain ketimbang pergi ke sawah. Berbeda dengan adik-adik saya lainnya, mereka sering ikut bersama ayah ke sawah.
Tentu saja acara pergi ke sawah hari itu menjadi sesuatu yang berbeda bagi saya. Pergi ke sawah untuk berburu belalang. Wah.. kedengarannya pasti asyik dan menyenangkan.
Ternyata benar, sesampai di sawah kami disambut oleh ratusan belalang yang berterbangan karena kaget dengan kehadiran kami.
Perburuan dimulai.
Dengan penuh semangat dan gembira saya berusaha mengejar dan menangkap belalang yang berterbangan di sekeliling saya. Belum tertangkap yang satu, puluhan lain terbang di sekitar saya, saya kejar lagi yang lainnya itu, datang lagi yang lainnya. Sayapun tergoda untuk menangkapnya.
Setelah cukup lama berselang, tak satupun belalang berhasil saya tangkap. Sementara itu adik-adik saya sudah banyak hasilnya. Adik saya yang nomor dua tersenyum melihat kelakuan saya sampai akhirnya dia berkata sambil tersenyum.
"Kak.. kalau mau menangkap belalang itu, bukan begitu caranya. Meskipun banyak belalang yang terbang di sekitar kakak, kejarlah satu dulu sampai tertangkap baru kemudian mengejar dan menangkap belalang yang lainnya. Jangan sampai tergoda untuk mengejar belalang lainnya sementara yang satu belum tertangkap."
"Ooo.. begitu ya.." saya langsung termenung.
-----------------------------
Sampai saat ini, saya masih mengingat dan memegang teguh, teknik menangkap belalang yang diajarkan oleh adik saya yang jauh lebih muda dari saya itu. Bukan karena teknik menangkap belalangnya, akan tetapi Pesan itu ternyata mengandung filosofi mendalam yang bisa diterapkan pada kehidupan kita sehari-hari.
Pesan itu mengajarkan kita untuk selalu fokus dalam mengerjakan sesuatu atau mengatasi suatu masalah. Jika satu pekerjaan sudah kita rampungkan atau satu masalah terselesaikan barulah kita pindah ke pekerjaan atau masalah yang lainnya.
Hidup ini sering penuh diwarnai dengan banyak pilihan, banyak masalah yang kadang sering datangnya pada waktu yang bersamaan. Hadapi satu persatu, selesaikan satu persatu, one by one, step by step. Kiranya itu yang paling tepat untuk kita lakukan.
Bagaimana menurut anda... ?
Terima kasih telah membaca artikel "Begini Lo Cara Menangkap Belalang Yang Benar" dari Dagang Serabi. Jangan lupa beri komentar ya...
Komentar anda sangat berarti bagi kami.